Jumat, 12 November 2010

Pendidikan Karakter, Haruskah Tersurat?

Saat ini, pendidikan karakter menjadi bahan pembicaraan yang renyah dikalangan teman pendidik. Betapa tidak, pendidikan kita selama ini telah divonis gagal menghasilkan insan yang memegang teguh karakter bangsa. Generasi kita dinyatakan telah banyak yang kehilangan jati diri bangsa. Sebagai latar belakang munculnya vonis terebut adalah maraknya tawuran antar pelajar, munculnya video porno amatiran yang dilakukan oleh pelajar, pergaulan yang sudah melampaui batas, berbagai tindak kriminalitas pelajar, bahkan sampai kasus bunuh diri pelajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kemudian pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional menggulirkan konsep pendidikan karakter. Pendidikan karakter bukanlah menambah mata pelajaran baru, akan tetapi menyisipkan muatan pendididikan karakter bangsa di setiap mata pelajaran yang sudah ada. Bukan berarti selama ini proses belajar mengajar mengabaikan pendidikan karakter. Pemerintah menghendaki bahwa pendidikan karakter dijalankan dengan perencanaan yang tersurat didalam silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pertanyaannya adalah akankah dengan perencanaan pendidikan karakter yang tersurat akan mampu menanamkan karakter bangsa dalam jiwa pelajar? Mampukan semua pendidik merancang dengan baik dan kemudian melaksanakan dengan efektif?

Ketika Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digulirkan, didalam silabus dan RPP telah tersurat tentang kecakapan hidup dan pengalaman belajar yang hendak dicapai peserta didik. Akan tetapi kondisi nyata dilapangan banyak administrasi pembelajaran terlahir dari proses copy paste antar satuan pendidikan. Alhasil, silabus dan RPP yang tersusun dengan baik hanya sebatas pemenuhan admisnistrasi saja karena tidak mampu diterapkan pada satuan pendidikan tertentu yang terbentur situasi dan kondisi yang berbeda antar satuan pendidikan. Lantas bagaimanakah melaksanakan pendidikan karakter yang efektif? Haruskah tersurat ataukah cukup tersirat?

Menurut hemat penulis, terdapat dua klasifikasi pemecahan. Pertama, ketika pendidikan karakter harus tersurat. Pendidik harus mampu merancang dan merumuskan dengan baik tentang karakter bangsa yang akan ditanamkan pada peserta didik sesuai dengan materi pelajarannya. Disamping itu, pendidik harus bangkit dan meproklamirkan diri terbebas dari belenggu budaya copy paste sehingga rencana yang telah disusun sendiri dapat benar-benar dilaksanakan.

Kedua, ketika pendidikan karakter tidak tersurat. Kunci utamanya adalah keteladanan. Menanamkan nilai-nilai karakter bangsa akan sangat efektif ketika berbasiskan keteladanan. Karakter bangsa bukanlah aspek kognitif melainkan afektif, sehingga ukuran karakter seseorang bukan pengusaan teori. Terdapat tiga kelompok yang akan efektif memberikan keteladanan kepada pelajar sehingga mereka mampu mewarisi karakter bangsa, yaitu guru/karyawan, orangtua, dan pejabat.

Ketika guru/karyawan akan menanamkan budaya disiplin bertata tertib terhadap siswa, maka guru/karyawan juga harus memiliki tata tertib sendiri yang tersosialisasikan kepada siswa. Tata tertib guru/karyawan harus selaras dengan tata tertib murid. Misalnya etika berpakaian dan penggunaan handphone. Apabila guru menuntut siswa untuk tertib dan sopan dalam mengenakan seragam, maka guru juga harus mengenakan seragam sesuai dengan ketentuan yang ada. Ketika guru resah karena banyak siswa yang terganggu dalam belajarnya oleh handphone sehingga melarang siswa membawa handphone, maka guru jangan pernah membawa dan menggunakan handphone ketika mengajar di kelas. Siswa akan merasa mantap untuk taat terhadap tata tertib tatkala meyaksikan sendiri bahwa guru mereka juga taat terhadap tata tertib.

Orang tua juga berperan dalam pendidikan karakter pelajar. Ketika orang tua ingin anaknya mempunyai sifat kasih sayang dan menghargai orang lain, maka kedua orang tua (ayah dan ibu) merupakan pihak pertama dan utama yang berkewajiban menunjukkan kasih sayang diantara keduanya. Sebagian besar pelajar bermasalah, berlatar belakang kondisi orang tua yang tidak harmonis. Bagaimana mungkin anaknya akan mewarisi kasih sayang antar sesama apabila kedua orang tuanya sering bertengkar dan tidak pernah menunjukkan kasih sayang terhadap anaknya. Orang tua juga dituntut untuk menghargai pendapat anak agar anaknya juga bisa belajar untuk menghargai orang lain.

Pejabat dan aparatur negara mempunyai peran dalam mensukseskan pendidikan karakter bangsa. Untuk menjadikan pelajar yang berkarakter hemat, jujur, dan peduli akan susah ketika pejabat dan aparatur negara berkecimpung dalam dunia yang serba berkecukupan dan cenderung melakukan pemborosan. Pada saat ada fasilitas negara yang kurang nyaman menurut ukuran mereka, maka saat itu pula terbersit untuk segera mengganti dengan yang lebih baik dan nyaman. Banyaknya kasus korupsi dan aneka bentuk kecurangan pejabat yang terkuak di media massa menjadikan salah satu kendala untuk menanamkan karakter kejujuran bagi pelajar. Membentuk generasi yang memiliki kepedulian tinggi akan semakin susah ketika pejabat negara semakin asyik memikirkan dirinya sendiri terutama dalam peningkatan gaji dengan aneka tunjangan. Pejabat negara adalah public figure yang akan menjadi sorotan bahkan akan menjadi pedoman generasi dalam berperilaku.

Lantas, bagaimanakah menerapkan pendidikan karakter? Haruskah tersurat atau cukup tersirat melalui keteladanan? Sebetulnya dua hal tersebut bisa ditempuh bersama. Akan tetapi, karena pendidikan karakter bukanlah aspek kognitif, alangkah bijak apabila aspek keteladanan dalam pendidikan karakter menjadi hal yang utama. Marilah kita wujudkan pendidikan (karakter) berbasis keteladanan.

Sabtu, 06 November 2010

Materi Ekonomi XI

Berikut ini kami sampaikan materi pembelajaran ekonomi untuk SMA/MA kelas XI. Anda diperkenankan untuk mendownload dengan mengklik judul materi. File yang kami sampaikan sebagian kami ambil dari website lain dan sebagian lagi hasil admin. Terimakasih dan semoga bermanfaat.
1. Pendapatan Nasional (sumber: edukasi.net)
2. Perdagangan Internasional (sumber: edukasi.net)
3. Kebaikan dan Keburukan Pasar Modal
4. Pajak


Pendapatan Nasional

Berikut ini kami sajikan materi tentang Perdagangan Internasional. Silahkan klik download untuk memiliki file dari e-dukasi.net.