Selasa, 28 April 2009

Diawali Menjual Donat, Elang Gumilang Sukses Jadi Raja Tanah

JAKARTA - Menjadi pengusaha sukses dan memimpin perusahaan dengan berpenghasilan besar tidak harus menunggu tua, namun bisa memulai dari umur yang sangat belia.
Setidaknya ini bukanlah mimpi tapi kenyataan. Pasalnya sudah banyak cerita menggambarkan pengusaha muda sukses yang mengawali usahanya dari awal dan salah satunya Elang Gumilang (23) CEO PT Dwikarsa Semestaguna, pengusaha muda yang sukses di bidang properti.

Kisah sukses pemuda seperti Elang di Indonesia masih langkah dan mungkin hanya seribu satu, karena walaupun masih berstatus mahasiswa dirinya sudah memimpin sebuah perusahaan dengan omset bermiliaran.

Di saat mahasiswa lainnya disibukkan dengan pergulatan kuliah untuk menggapai masa depan yang lebih baik, Elang sudah mendapatkannya. Pemuda kelahiran Bogor 23 tahun lalu sudah mempunyai masa depan yang baik dengan sukses membuka lapangan kerja dan memperkerjakan ratusan orang berkat kegigihannya untuk berwirausaha yang sudah terasah sejak di bangku SMA.

Menurut Elang, kesuksesan yang diraihnya saat ini bukanlah datang begitu saja. Tapi usaha dengan kerja keras, karena sesuatu tidak didapatkan dengan gratis. Pesan tersebut lah yang selalu diajarkan kedua orang tuanya.

Semangat bisnisnya sudah terlihat sejak kecil dan bahkan naluri beriwarusahanya sangat tajam dalam melihat peluang usaha. Tak ayal dirinya sempat merasai bergai macam pekerjaan, mulai dari berdagang donat, menjadi tukang minyak goreng, jualan bolham hingga terakhir menjadi developer properti untuk pembangunan rumah sangat sederhana. Dikatakannya, bisnisnya di bidang properti diawali sebagai marketing perumahan.

"Saya di marketing tidak mendapat gaji bulanan, hanya saja mendapatkan komisi setiap mendapat konsumen," ujarnya, dalam acara Radio Trijaya, bertajuk Talk to CEO, di Jakarta.

Berkat pengalaman sebagai marketing perumahan yang dinilai cukup, telah membuatnya mempunyai pengetahuan di dunia properti.

Sejak saat itu, diapun memberanikan diri ikut tender dalam properti. Kesuksesan yang didapatkannya waktu itu menang dalam tender pembangunan sekolah dasar di Jakarta Barat senilai Rp162 juta.

Kemudian, ambisinya yang ingin terus maju membawanya membangun rumah sangat sederhanya bagi rakyat kecil. Pasalnya saat ini bisnis properti kebanyakan ditujukan hanya untuk kalangan berduit saja.

Sedangkan perumahan yang sederhana dan murah yang terjangkau untuk orang miskin masih jarang sekali pengembang yang peduli. "Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun, biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah," jelasnya, dalam acara Radio Trijaya, bertajuk Talk to CEO, di Jakarta.

Dengan modal patungan Rp340 juta, pada tahun 2007 Elang mulai membangun rumah sehat sederhana (RSS) yang difokuskan untuk si miskin berpenghasilan rendah. Dari penjualan rumah yang sedikit demi sedikit itu. Modalnya Elang putar kembali untuk membebaskan lahan di sekitarnya. Rumah bercat kuning pun satu demi satu mulai berdiri.

Elang membangun rumah dengan berbagai tipe, mulai tipe 22/60 dan juga tipe 36/72. Rumah-rumah yang berdiri di atas lahan 60 meter persegi tersebut ditawarkan hanya seharga Rp25 juta dan Rp37 juta per unitnya.

"Jadi, hanya dengan DP Rp1,25 juta dan cicilan Rp90 ribu per bulan selama 15 tahun, mereka sudah bisa memiliki rumah," ungkapnya.

Berbisnis tidak selamanya berjalan lurus dan pasti ada gelombangnya, terlebih sektor properti. Kekurangan modal dan memaksanya memeras otak mencari jalan keluar. Namun hal tersebut disiasatinya dengan mencari penyandang dana dengan sistem bagi hasil. "Kebetulan latar pendidikan saya dari ekonomi, sedikit-sedikit tahu jurusnya," katanya.

Meskipun demikian, dia tetap mempertahankan komposisi kepemilikan sebesar 40 persen.

Naiknya harga bahan baku membuatnya perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dan termasuk dengan kondisi krisis ekonomi global saat ini. Bila dahulu Elang melepas satu unit rumah sederhana seharga Rp23 juta per unit, sekarang rencana anggaran biaya (RAB) mencapai Rp33 juta per unit. Dengan jumlah itu baru bisa menutupi biaya produksi sekaligus memberi keuntungan.

Krisis ekonomi global saat ini disikapinya dengan optimisme. Pasalnya di industri properti Indonesia tidak terlalu bergantung pada asing, sehingga masih ada keyakinan pasar terus terbuka. "Industri properti Indonesia masih didominasi oleh pasar lokal. Orang asing belum boleh memiliki properti di Indonesia," tandasnya.

Sebelumnya, rasa optimistis industri properti juga disampaikan Presdir PT Bakrieland Development Tbk Hiramsyah S Thaib. Hiramsyah melihat krisis ini sebagai momentum bagi industri properti untuk menata diri agar lebih berkembang dan kompetitif.

Krisis, akan menciptakan titik keseimbangan baru bagi pengembang. "Lihatlah, pengembang dengan fundamental kuat dan strategi yang tepat akan bertahan, dan bahkan makin eksis, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga global," paparnya.

Namun, dia tidak menampik akan adanya sejumlah proyek yang tertunda akibat kesulitan likuiditas.
Source: okezone.com

Pilihan Ekonomi Rakyat

RAKYAT Indonesia telah mengamanatkan setidaknya dua aspek penting kebijakan ekonomi politik dari hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2009.Pertama,adanya kepercayaan pada sistem ekonomi yang tengah dibangun dan berlaku saat ini.

Kedua, pemilu mempertegas keinginan rakyat terhadap komitmen intervensi negara secara langsung dalam mengatasi berbagai persoalan dasar seperti kemiskinan dan ketidakberdayaan. Kedua amanat ini bisa diinterpretasikan dari konfigurasi hasil pemilu legislatif.
Perhitungan cepat (quick count) beberapa lembaga riset menunjukkan Partai Demokrat, sebagai partai pemerintah, keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara lebih dari 20 persen. Perolehan suara ini disusul Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang masing-masing meraih suara sekitar 14?15 persen.

Setelah posisi tiga besar ini, terdapat Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Selanjutnya Partai Gerindra, Partai Hanura, dan Partai Bulan Bintang (PBB). Kemenangan partai pemerintah mengindikasikan rakyat menginginkan kesinambungan dan kepastian.

Demikian juga, berkaca pada rekam jejak kebijakan serta visi misi yang ada, hasil pemilu bisa juga ditafsirkan sebagai kepercayaan rakyat (vote of confidence) pada sistem ekonomi yang dibangun dan berlaku saat ini. Alasannya,ketiga partai peraih suara terbesar pemilu kali ini dapat dikategorikan sebagai partai yang berideologi ekonomi di posisi kanan tengah.

Dalam konteks ini, ekstrem kanan adalah representasi ideologi ekonomi yang melulu mengandalkan pasar, sementara sebaliknya ekstrem kiri sangat mengandalkan peran pemerintah dalam melakukan peran distribusi dan alokasi perekonomian.

Penempatan ketiga partai pemenang ini dalam posisi kanan tengah berdasarkan rekam jejak kebijakan dan platform ekonomi ketiga partai,yang pada masanya masing-masing mengandalkan mekanisme pasar sebagai alat melakukan distribusi dan alokasi berbagai sumber daya perekonomian.

Kebijakan intervensi hanya dilakukan secara selektif untuk berbagai alasan, salah satunya untuk melakukan transfer langsung pendapatan kepada masyarakat. Selain itu, ketiga partai ini juga kerap mengutamakan penciptaan stabilitas ekonomi sebagai fondasi dasar pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Secara tidak langsung, hasil pemilu legislatif kali ini juga mengindikasikan adanya vote of no confidence dari rakyat terhadap sistem atau quasi-sistem alternatif yang ditawarkan. Sebagaimana dimaklumi, pelaksanaan pemilu yang bersamaan dengan puncak krisis ekonomi global telah memunculkan wacana perlunya sistem ekonomi alternatif di Indonesia.

Beberapa alternatif yang ditawarkan partai-partai yang meraih suara minimal memang terlihat ideal secara konsepsi.Namun, suatu sistem tidak berhenti sekadar pada tataran konsepsi. Problem sering lebih pada tataran implementasi di mana praktik yang ada kerap jauh dari hal yang diidealkan. Pada titik ini, rakyat Indonesia menyuarakan keinginan terhadap kesinambungan.

Yang diperlukan bukan perubahan mendasar, melainkan sekadar memperbaiki apa yang sudah ada. Dengan hasil ini serta pelaksanaan pemilu yang umumnya aman, tidak mengherankan bila pasar uang menyambutnya dengan gembira.Selama dua hari terakhir, pemodal, baik asing maupun domestik, banyak memborong saham dan rupiah.

Kedua hal ini otomatis mendorong indeks saham dan nilai tukar rupiah menguat hingga menyentuh level tertinggi dalam setidaknya lima bulan terakhir. Indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat tajam ke atas 1.500-an. Begitu juga rupiah menguat ke level di bawah 11.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pilihan rakyat pada pemilu legislatif kali ini juga mengindikasikan kesepakatan terhadap berbagai bentuk kebijakan transfer langsung, yang dilakukan pemerintah. Terlepas dari berbagai soal yang melingkupi bentuk kebijakan ini, baik secara konseptual maupun praktis,suara rakyat yang selama ini terungkap di lapangan menginginkan keberlanjutan kebijakan transfer langsung, baik dalam bentuk uang tunai (BLT), kompor, minyak tanah maupun beras.

Pilihan pada partai pemerintah merupakan bukti bahwa sebagian besar rakyat Indonesia, yang memang tergolong berpendapatan menengah ke bawah, menginginkan terus berlanjutnya programprogram tersebut. Banyak partai terlambat menyadari pilihan ini. Pada awal kampanye, mereka menyuguhkan kritik tajam terhadap kebijakan-kebijakan transfer langsung pemerintah, yang sebagian besar sah secara akademis.

Namun, mereka kemudian menyadari bahwa rakyat punya anggapan lain. Perubahan posisi sebagian partai terhadap bentuk kebijakan ini terbukti sudah sangat terlambat. Mereka terlambat menyadari bahwa intervensi dan bantuan langsung pemerintah kepada rakyat sesungguhnya merupakan kontrak politik pertama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah sebagai representasi negara adalah pihak yang diberikan hak untuk mengatur dan melarang, sepanjang mereka membantu dan mengayomi secara langsung kehidupan ekonomi rakyat. Selama kewajiban ini terpenuhi, hampir bisa dipastikan pihak yang memerintah akan terus diberi mandat untuk berkuasa.

Sementara, bila tidak, jangan berharap mandat diberikan atau diteruskan. Sepanjang sejarah yang ada, tidak berlebihan bila dikatakan faktor utama penyebab jatuh bangunnya pemerintahan di Indonesia adalah pengabaian atau penegakan kewajiban ekonomi negara. Dari interpretasi ini,satu pesan penting untuk siapa pun yang ingin berlaga pada pemilihan presiden nanti agaknya adalah sebagai berikut.

Jangan mengusung platform kebijakan yang ekstrem dan pastikan keberlanjutan tanggung jawab dan transfer langsung negara pada mereka yang miskin, tersisihkan, dan tak berdaya. (*)M IKHSAN MODJO-Direktur Indef
Source: okezone.com

Mengapa Bank Tidak Segera Menurunkan Bunga Kredit?

Perbankan nasional kini menjadi sorotan karena tidak juga menurunkan bunga kreditnya. Padahal, bunga acuan alias BI Rate terus melandai hingga kini berada di level 7,50 persen.

Perlu diketahui, bunga kredit ditentukan berbagai komponen,antara lain biaya operasi, laba yang diinginkan, pajak, cadangan risiko kredit macet, total biaya dana. Mari kita bahas lebih terperinci! Pertama, biaya operasional.
Tentu bank akan menghitung berapa biaya yang dikeluarkan, mencakup biaya administrasi, biaya tenaga kerja. Ini juga sering disebut overhead cost. Kedua, sasaran laba. Dalam menentukan bunga kredit, bank juga akan menetapkan sasaran laba yang bakal diraih. Hal ini terkait pula dengan jenis kredit.

Bunga kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada umumnya akan lebih kecil daripada bunga kredit komersial. Ketiga, biaya pajak. Jangan lupa, bank yang memberikan kredit akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Keempat, cadangan.

Bank wajib menyediakan cadangan (loan loss provision) atau penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) jikalau kredit yang dikucurkan ternyata macet. PPAP untuk kredit lancar (current), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (sub-standard), diragukan (doubtful), dan macet (lost) masing-masing sebesar 1 persen, 5 persen, 15 persen, 50 persen dan 100 persen.

Intinya, sekalipun kredit lancar, bank tetap wajib mencadangkan 1 persen. Statistik Perbankan Indonesia posisi Februari 2009 menunjukkan bahwa rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) kelompok bank umum naik dari 3,20 persen per Desember 2008 menjadi 3,72 persen.Artinya, PPAP kian membengkak yang ujungnya akan menggerus laba yang ditahan (retained earning).

Bukan hanya itu, cadangan juga akan mengurangi modal yang tersedia. Dengan bahasa lebih bening, kecukupan modal minimum alias capital adequacy ratio (CAR) bank nasional yang kini mencapai 18,04 persen bakal menipis. Kelima,biaya dana (cost of fund).

Bank akan menetapkan biaya untuk memperoleh dana yang akhirnya dikembalikan kepada masyarakat berupa kredit. Dana dapat diperoleh dari dana pihak ketiga (DPK) yang meliputi tabungan, giro, dan deposito.Tabungan dan giro dikenal sebagai dana murah karena bank memberikan bunga rendah kepada nasabah produk ini.

Sebaliknya, deposito merupakan dana mahal karena bank menawarkan bunga yang tinggi kepada nasabahnya. Lirik saja,bunga deposito masih bertengger tinggi, sekitar 10 persen untuk minimal Rp500 juta atau bahkan Rp1 miliar. Untuk dapat memberikan kredit valas (valuta asing), bank nasional terpaksa mencari utang valas ke bank koresponden asing di dalam atau luar negeri.

Dana ini lebih mahal daripada deposito. Kian tinggi biaya dana, kian tinggi pula bunga kredit, apalagi di tengah krisis ekonomi global saat ini. Selain itu, kini bank sedang menghadapi dilema. Sejatinya, ketika suatu bank menawarkan bunga deposito tinggi, berarti bank tersebut sedang mengalami kesulitan likuiditas.

Pada kuartal III-2008 memang perbankan nasional menghadapi kesulitan, tetapi kini likuiditas bank papan atas sudah mulai pulih. Hal ini berbeda dengan bank papan bawah yang kemungkinan masih kekurangan likuiditas. Nah, kondisi ini akan memengaruhi bank papan bawah.Alhasil,mereka akan menawarkan bunga deposito lebih tinggi sehingga biaya dana kian melangit.

Bila bunga deposito menurun secara drastis, deposan kelas kakap, di antaranya. perusahaan pembiayaan (multifinance), asuransi, yayasan dana pensiun, dan dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) segera memindahkan deposito ke bank lain. Sebab,pada umumnya dana pensiun akan menempatkan investasi portofolio mereka di deposito on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), saham, obligasi, reksa dana, surat berharga, penempatan langsung,tanah dan bangunan.

Dilema ini akan terus bergulir karena bank nasional juga bersaing ketat dengan pemerintah, yang pada awal Februari 2009 menerbitkan obligasi ritel berbasis syariah alias sukuk ritel. Sukuk ritel ini menawarkan kupon bunga 12 persen per tahun dengan tenor tiga tahun dan dengan minimal investasi Rp5 juta untuk perorangan dan Rp1 miliar untuk lembaga. Imbal hasil sukuk ritel ini lebih tinggi daripada bunga deposito.

Jadi, jangan kaget bila terjadi migrasi dana dari deposito ke instrumen investasi lain. Sebut saja sukuk ritel,surat utang negara (SUN), obligasi korporasi atau Obligasi Negara Ritel (ORI) yang mencorong. Kondisi ini akan mendorong bank nasional untuk merevisi rasio portofolio.

Semula rasio berkisar antara 70 persen kredit korporasi (corporate banking) dan 30 persen kredit ritel (retail banking).Namun, rasio itu kini berubah menjadi 60 persen kredit korporasi dan 40 persen kredit ritel termasuk kredit konsumsi (consumer banking) dan kredit mikro (micro banking). Ini bermanfaat untuk men-set off pendapatan bunga kredit (interest income) korporasi yang belum optimal.

Nah, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi, bank nasional memang sulit untuk segera menurunkan bunga kredit sekalipun BI Rate makin menurun. Namun, bank nasional hendaknya juga menyadari, kian tinggi bunga kredit berarti kian tinggi biaya modal (cost of capital) bagi sektor riil. Akibatnya, pebisnis megap-megap karena biaya produksi kian melejit padahal penjualan belum tentu meningkat.

Alhasil, NPL kredit modal kerja terancam melambung seperti yang terjadi saat ini, naik 15,72 persen atau Rp3,6 triliun dari Rp22,9 triliun per Desember 2008 menjadi Rp26,5 triliun per Februari 2009. Bank terkena getahnya. Untuk itu, inilah tantangan sejati bagi bank nasional untuk menggerakkan roda dunia usaha dengan menurunkan bunga kredit. (*) Paul Sutaryono
Source: okezone.com

Flu Babi yang Mencemaskan

BELUM habis pembicaraan masyarakat tentang flu Singapura, ancaman baru datang dari flu babi. Kecemasan muncul, akankah penyakit yang menelan korban lebih dari 80 warga Meksiko ini menjadi pandemi dunia? Mewabahnya flu babi (swine flu) di Meksiko sejak pertengahan April lalu tengah menjadi hottest issue di berbagai media massa saat ini.
Tak urung, pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia siaga satu sekaligus cemas, akankah ini menyebar menjadi masalah global seperti halnya saat pandemi flu yang membunuh jutaan orang di seluruh dunia pada 1918, 1957, dan 1968?

Setelah menginfeksi lebih dari seribu warga Meksiko dan 10 orang di Amerika, WHO mengingatkan bahwa wabah flu babi berpotensi menjadi pandemi dunia. Namun, terlalu dini untuk menarik kesimpulan, dan pemerintah di berbagai negara menyerukan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.

Apa dan bagaimana sebetulnya flu babi? Bagaimana bedanya dengan flu biasa, flu burung, ataupun flu singapura yang belum lama ini juga menjadi buah bibir di Indonesia?

Flu, Beda dengan Batuk-Pilek

Orang sering kali salah kaprah menggunakan istilah flu untuk menggambarkan gejala pilek. Padahal, menurut spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI Jakarta dr Dianiati Kusumo Sutoyo SpP(K), batuk-pilek yang selama ini dikenal di masyarakat adalah suatu penyakit infeksi virus pernapasan yang tidak berbahaya.

"Dalam dunia medis, gejala ini dikenal dengan istilah common cold," sebutnya. Common cold merupakan infeksi saluran napas atas akut yang disebabkan virus, dengan berbagai variasi gejala seperti batuk, ingus encer, dan bening, sakit tenggorokan, bersin, mata berair, hidung tersumbat. Namun, tidak disertai gejala nyeri otot hebat, demam tinggi, apalagi sampai menggigil.

Jumlah virus penyebab common cold pun sangat bervariasi, lebih dari 200 jenis atau strain (paling sering adalah golongan rhinovirus dan coronavirus). Ini berbeda dengan flu, karena flu adalah kependekan dari penyakit influenza yang disebabkan virus influenza tipe A, B, atau C.

Penelitian mendapati bahwa virus-virus influenza yang tadinya tidak menyebabkan penyakit (patogen), setelah bersirkulasi beberapa saat pada populasi peternakan dapat bermutasi menjadi virus yang sangat menular.

Flu Babi, Hibrida Aneka Flu?

Flu babi (swine flu) adalah penyakit pernapasan yang lazim ditemui pada babi yang disebabkan virus influenza A subtipe H1N1. Virus ini dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi, kendati ada kemungkinan penularan antarmanusia.

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof Dr Tjandra Yoga Aditama SpP MARS, secara umum penyakit flu babi ini mirip dengan influenza (influenza like illness/ILI). Gejala klinisnya antara lain demam, batuk-pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, napas cepat atau sesak napas, dan terkadang disertai mual, muntah, bahkan diare.
Pada anak, beberapa kondisi yang patut diwaspadai di antaranya napas cepat atau sesak napas, kulit kebiruan, enggan minum banyak cairan, respons lamban atau tidak interaktif, rewel, batuk-pilek, demam disertai kemerahan di kulit (rash). Adapun pada orang dewasa, di samping gejala klinis yang umum, jika ditemui gejala kesulitan bernapas, napas pendek, rasa sakit atau tertekan di dada dan perut, pusing mendadak, bingung, bahkan disertai muntah, hendaknya segera meminta pertolongan medis.

Virus H1N1 sebenarnya biasa ditemukan pada manusia dan hewan, terutama babi, tetapi keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Begitu juga dengan virus flu burung H5N1 meskipun sama-sama virus influenza tipe A. Cara penularan flu babi melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Adapun masa inkubasi virus ini berkisar 3-5 hari.

Kepala Divisi Medis Departemen Kesehatan, Australia, Profesor Jim Bishop, mengungkapkan, bukan mustahil virus flu babi yang menginfeksi ribuan warga Meksiko tersebut merupakan hasil perkawinan silang (hibrida) antara flu manusia, flu burung,dan flu babi.

"Kami khawatir hibrida ini akan menghasilkan tipe baru flu yang akan lebih sulit diprediksi, dan tampaknya ada kemungkinan penularan antarmanusia," ujar Bishop seperti dikutip AAP.

Flu Singapura


Flu Singapura sebenarnya adalah penyakit yang dalam dunia kedokteran dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan dan mulut (PKTM). Disebut flu singapura karena konon awalnya dibawa masuk ke Indonesia oleh orang yang baru bepergian atau berlibur dari luar negeri. PKTM merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus RNA seperti enterovirus dan rhinovirus.

Penyakit ini sangat menular dan kerap terjadi pada musim panas dengan masa inkubasi virus 2-5 hari. Anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun paling rentan terinfeksi. Beberapa gejalanya mirip flu biasa, yakni demam, batuk, pilek, pegal, tidak nafsu makan, dan mudah lelah.

Adapun yang khas adalah pada hari ke-2 atau ke- 3 demam, timbul seriawan, bibir pecah-pecah, lidah dan tenggorokan meradang, bahkan ada yang area mulutnya sampai melepuh atau berlendir. Selain itu, pada kulit timbul bercak lebar berwarna merah, terutama telapak kaki, tangan,dan mukosa mulut. Kendati demikian, biasanya penyakit ini tidak berat. Dengan pengobatan tepat, penderita akan sembuh dalam 7-10 hari.

Flu Burung

Penyakit pernapasan pada unggas (avian influenza) yang dikenal dengan sebutan flu burung disebabkan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1. Secara umum, gejala klinisnya seperti flu pada umumnya, yaitu demam, batuk, sesak dan sakit tenggorokan, beringus, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas.

Namun, dalam tempo singkat kondisi penderita bisa memburuk dengan terjadinya peradangan pada paru-paru (pneumonia), yang mana jika tidak dilakukan tata laksana dengan baik dapat berujung kematian. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, terutama usia kurang dari 12 tahun yang paling rentan terinfeksi.

Hingga kini, tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan H5N1 antarmanusia. Namun, dengan kondisi lingkungan seperti saat ini, tak mustahil virus flu burung bermutasi dan mengakibatkan penyebaran dari manusia ke manusia.
source: okezone.com

Obsesi Ke Surga

Surga … adalah tempat yang paling agung bagi seorang mukmin. Memasuki dan hidup didalamnya merupakan sebuah cita-cita tertinggi yang senantiasa membekas dalam pikiran. Semua orang memiliki obsesi yang kuat menuju surga. Obsesi ini muncul setelah mengetahui dan memahami bahwa hanya ada dua tempat di alam yang kekal abadi (akherat) yaitu surga yang berisikan keindahan dan neraka yang penuh kedahsyatan siksa.
Allah SWT telah melukiskan surga begitu indah dalam banyak firman-Nya. Diantaranya: “Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Yaasin: 56-58). Penghuni surga akan dapat mewujudkan semua keinginannya, semua yang diminta akan di kabulkan Allah SWT. Mereka juga mendapatkan sapaan langsung dari Allah Yang Maha Penyayang.

Sebagai peringatan, dahsyatnya siksa neraka pun Allah gambarkan. Allah berfirman, “Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Q.S. Al Baqarah: 24). Ayat ini memberikan peringatan dan ancaman bagi semua orang kafir bahwa mereka akan dijadikan bahan bakar di neraka dengan ditemani batu-batuan.

Bahkan mereka akan kekal di neraka sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 39, “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Masih banyak firman Allah dan Sabda Rasulullah yang mengambarkan ‘kehidupan’ di neraka.

Semua manusia ingin bertamasya ke surga. Namun sayang hanya sebatas keinginan saja. Mengapa? Banyak di antara kita yang tidak perhitungan terhadap aktivitas yang dilakukan. Ketika mengetahui suatu amal yang akan menghantarkan ke surga namun tidak segera di tunaikan. Bahkan sebaliknya, ketika diketahui suatu amal yang akan menjauhkan dari surga karena ‘mengasyikkan’ tetap dipertahankan. Contoh sederhana ketika sedang asyik menonton acara televisi kemudian seruan adzan dikumandangkan ternyata masih banyak diantara kita yang lebih memilih ‘menemani’ televisi.

Jika kita memang memiliki obsesi ke surga, ketika masih hidup di dunia harus merasa takut kepada-Nya dan jangan merasa aman dari-Nya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman, “Aku tidak mengumpulkan pada hamba-Ku dua rasa takut. Dan Aku tidak mengumpulkan baginya dua rasa aman, jika dia merasa aman dari-Ku di dunia, niscaya Aku jadikan ketakutan di akherat. Dan jika dia merasa takut kepada-Ku di dunia, niscaya Aku jadikan dia merasa aman di akherat” (Shahihul Jami’). Orang yang takut kepada-Nya senantiasa menggunakan syariah Islam untuk menyelesaikan setiap permasalahan walaupun terasa berat karena berobsesi ke surga akherat (bukan surga dunia). Dai panutan umat Aa Gym telah mencontohkan dengan berpoligami daripada harus melakukan skandal dan penyelewengan seperti banyak dilakukan orang-orang yang merasa aman dari-Nya. Walllahu’alam
Oleh: Arfi Nurdiyantoro, Sebagai Pengingat Pribadi

Senin, 27 April 2009

Memelihara Embrio Kesenjangan

Ketika kata keadilan dijadikan isu dan tuntutan, seharusnya kesenjangan tidak lagi ditumbuhsuburkan. Calon kepala daerah dan anggota dewan senantiasa mengangkat tema keadilan demi kesejahteraan rakyat sebagai janji kampanye. Kenyataannya, ketika telah menjabat, janji pun terlupakan (semoga tidak sengaja dilupakan). Orang yang berkuasa semakin kurang bijak menggunakan kekuasaannya dengan kebijakan tidak populis dan telah melahirkan kesenjangan sosial. Padahal, rakyat mempunyai harapan tegaknya keadilan dan terkikisnya dinding kesenjangan.
Anggota dewan yang (seharusnya) terhormat seakan tidak lagi memiliki sense of crisis and poor. Masih ramai menghiasi media tentang kabar gembira (bagi anggota dewan). Dengan dalih menjalin ’hubungan harmonis’ dengan eksekutif, maka PP 37/2006 tentang tunjangan komunikasi intensif dan operasional akan segera direalisasikan. Kondisi yang cukup memprihatinkan adalah nilai tunjangan yang cukup besar. Masalah lainnya, belum dibuat mekanisme komunikasi dengan konstituen secara tepat dan bentuk pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut?

Menurut Depkeu (KR, 11-01-2007), tentang besaran tunjangan tersebut, nilai terendah bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota Rp. 6.424.600,00, bagi wakil ketua Rp. 9.227.450,00 dan bagi ketua Rp. 12.121.375,00. Sedangkan kelompok daerah berkemampuan tinggi, bagi Ketua DPRD Propinsi adalah Rp. 32.250.250,00. Angka tersebut diterimakan setiap bulan. Calon penerima meminta hak yang berlaku surut. Mereka meminta tunjangan selama tahun 2006 dimasukkan kedalam anggaran 2007. Kepentingan pribadi anggota dewan hampir terpenuhi diatas penderitaan korban bencana alam yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan anak-anak yang terancam putus sekolah karena ketiadaan biaya sekolah.

Disisi lain pemberian tunjangan profesi guru dan dosen yang diamanatkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen dipersulit, teman-teman pendidik harus menunggu satu tahun lebih setelah Undang-undang ditetapkan untuk mendapatkan haknya. Untuk mendapatkan hak tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki sertifikat profesi. Salah satu syarat uji sertifikasi pada tahap pertama adalah golongan IVa. Artinya, program ini khusus bagi guru PNS. Kenapa dikotomi guru PNS dan non PNS tetap dipertahankan yang sebetulnya cukup potensial melahirkan kesenjangan dikalangan pendidik?

Syarat uji sertifikasi yang lain adalah mengajar minimal 24 jam per minggu. Kondisi yang kontradiktif dengan semangat KTSP. Idealnya penerapan KTSP membawa konsekwensi beban mengajar guru harus diminimalkan dengan tujuan lebih optimal memantau perkembangan anak. Seandainya syarat ini tetap diberlakukan sebetulnya telah tercipta penindasan dari kalangan pendidik. Mengapa? Guru tidak tetap (GTT) terancam tidak memiliki jam mengajar karena telah ’diambil’ guru PNS dalam sekolah yang bersangkutan. Maka kesenjangan pendidik telah lahir.

Ketika terjadi kesenjangan antar pendidik, hasil ciptaan pemerintah dan legislatif, tidak dapat dibayangkan bagaimana nasib dunia pendidikan di Indonesia. Saling curiga dan berlepas tanggungjawab setiap saat melintas di pikiran. Gairah mengajar menjadi lesu karena perbedaan perlakuan dan kontraprestasi. Belum lagi ketika pendidik menganggap telah terjadi kesenjangan vertikal, khususnya dengan anggota legislatif.

Guru yang kerja (lebih) ekstra merasa kurang dihargai oleh dewan. Apalagi masih banyak GTT dengan penghasilan yang dibawah UMP. Kenapa pemerintah dan dewan tidak berani memberikan intensif lebih sehingga GTT bisa memperoleh penghasilan diatas UMP yang akan menaikkan kesejahteraan? Mengapa intensif tidak bisa diberikan rutin setiap bulan dan harus diterimakan diakhir periode (triwulan atau semester)? Padahal terdapat korelasi positif dan kuat antara kesejahteraan dengan kenyamanan dan profesionalisme kerja.

Kemajuan suatu bangsa terletak pada pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan. Pemerintah sangat berperan untuk memajukan pendidikan, satu hal yang bisa dilakukan adalah menghapuskan diskriminasi dan kesenjangan di dunia pendidikan. Kesenjangan horisontal (antar pendidik) dan vertikal (pendidik dengan pejabat/anggota dewan), baik dalam imbal kerja ataupun perlakukan pelaksanaan UU dan PP harus dihilangkan. Akan tetapi, dari waktu ke waktu embrio kesenjangan senantiasa lahir dan terus terpelihara. Benarkah kita yang bukan pejabat dan anggota dewan hanya berhak menonton kelahiran dan pertumbuhan embrio kesenjangan? Pada akhirnya kita akan termakan embrio kesenjangan yang telah dewasa menjadi monster mematikan?


Uneg-Uneg Arfi Nurdiyantoro
Awal 2007 yang sempat terarsip

Minggu, 26 April 2009

Meluruskan Niat

''Sesungguhnya, amalan-amalan itu tergantung niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang diniatkannya. Maka, barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya diterima Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa yang niat hijrahnya untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan sampai pada yang diniatkannya.'' (HR Bukhari Muslim).
Niat dalam aktivitas setiap Muslim sangat penting, sehingga Imam Nawawi menempatkan hadis tersebut pada urutan pertama dalam kumpulan 41 hadis tentang kaidah-kaidah agung agama Islam yang biasa dikenal dengan hadis arbain.

Secara bahasa, niat berarti kehendak atau tujuan. Secara syara', niat berarti kehendak atau keinginan kuat yang diikuti dengan tindakan nyata. Esensi niat adalah tempat tujuan aktivitas dilakukan, bukan cara penyampaiannya. Niat secara lisan akan tetapi ditujukan kepada Allah SWT lebih baik daripada niat dalam hati, tetapi tidak sepenuhnya ditujukan kepada Allah SWT. Demikian pula sebaliknya.

''Aku adalah paling tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa yang melaksanakan amalan yang di dalamnya ia mempersekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku berlepas diri darinya.'' (HR Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Al Baihaqi).

Sebuah aktivitas bernilai ibadah atau tidak tergantung dari niatnya. Sebagai contoh: Makan, belajar, tidur adalah aktivitas biasa, tetapi bila aktivitas itu hanya ditujukan kepada Allah SWT dan keridhaan-Nya, maka akan bernilai ibadah dan berpahala.

Namun, aktivitas yang dinamakan ibadah akan menjadi aktivitas biasa tanpa pahala ketika ditujukan kepada makhluk-Nya. Sebagai contoh: shalat sunah dan sedekah adalah ibadah, tetapi bila dilakukan hanya pada saat dilihat temannya, atasannya, atau orang lain, maka hanya menjadi aktivitas yang tak berpahala. Bahkan, bisa menghadirkan kemurkaan Allah SWT.

Terkadang ada yang salah kaprah menafsirkan sabda Rasulullah SAW ''Segala sesuatu tergantung niatnya'' itu. Sebagai contoh, orang yang salah kaprah atau semaunya sendiri akan menafsirkan melihat pornografi dan pornoaksi diperbolehkan dengan niat mentadabburi keindahan ciptaan Allah SWT. Padahal sudah jelas, pornografi dan pornoaksi adalah haram.

Demikian pula, penafsir yang semaunya sendiri itu tidak akan menganggap berdosa menyuap pejabat untuk meloloskan seleksi CPNS. Mereka berdalih menyuap itu diniatkan agar setelah bekerja nanti mempunyai penghasilan cukup dan keluangan waktu yang bisa menjaga keberlangsungan dakwah. Salah satu indikator bahwa niat kita lurus untuk Allah adalah ketika dilihat orang lain atau tidak, apakah semangat dan kualitas amalan kita tetap sama.

Rubrik Hikmah Republika, 6-4-2006. Oleh: Arfi Nurdiyantoro

Sabtu, 25 April 2009

Meluruskan Makna Politik

Hubungan agama dengan politik terus menjadi perbincangan yang tak bosan dibahas. Ada yang menyatakan bahwa dakwah Rasulullah saw. hanyalah merupakan gerakan keagamaan yang bersifat ritual, spiritual dan moral belaka. Namun, realitas menunjukkan bahwa dakwah Nabi saw. juga merupakan dakwah yang bersifat politik. Lantas, bagaimana duduk perkaranya?

Hubungan agama dengan politik terus menjadi perbincangan yang tak bosan dibahas. Ada yang menyatakan bahwa dakwah Rasulullah saw. hanyalah merupakan gerakan keagamaan yang bersifat ritual, spiritual dan moral belaka. Namun, realitas menunjukkan bahwa dakwah Nabi saw. juga merupakan dakwah yang bersifat politik. Lantas, bagaimana duduk perkaranya?

Sebelum berbicara lebih jauh tentang hal tersebut, penting dipahami apa yang disebut politik. Memang, politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Namun, bagaimanapun ia didefinisikan, satu hal sudah pasti, bahwa politik menyangkut kekuasaan dan cara penggunaan kekuasaan. Dalam pengertian sehari-hari, politik juga berhubungan dengan cara dan proses pengelolaan pemerintahan suatu negara (Amien Rais, Cakrawala Islam, hlm. 27).

Dalam sistem sekular, politik lebih didasarkan pada politik Machiavellis yang ditulis dalam buku The Prince. Machiavelli mengajarkan bahwa: (1) kekerasan (violence), brutalitas, dan kekejaman merupakan cara yang diperlukan penguasa; (2) penaklukan total atas musuh-musuh politik dinilai sebagai kebajikan puncak (summum bonum); (3) dalam menjalankan kehidupan politik seseorang harus dapat bermain seperti binatang buas. Karenanya, praktik politik sistem sekular merupakan homo homini lupus; manusia menjadi serigala terhadap manusia yang lain. Slogannya pun adalah, “Kiranya dapat diterima akal bila demi tuntutan profesionalnya, seorang serdadu harus membunuh dan seorang politikus harus menipu” (It is thought that by the necessities of his profession a soldier must kill and politici on lie).

Fakta politik seperti inilah yang menjadikan sebagian kalangan Muslim tertipu hingga menyimpulkan bahwa politik itu kotor. Karenanya, Islam tidak boleh mencampuri politik; Islam harus dipisahkan dari politik. Dakwah Nabi saw. pun didudukkan sebagai dakwah spiritualitas dan moral belaka, bukan dakwah yang bersifat politik.
Islam berbeda dengan itu. Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyâsah, artinya: mengurusi urusan, melarang, memerintah (Kamus al-Muhîth, dalam kata kunci sâsa). Nabi saw. menggunakan istilah politik (siyâsah) dalam salah satu hadisnya:
“Bani Israil itu diurusi urusannya oleh para nabi (tasûsu hum al-anbiyâ’). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak khalifah. (HR Muslim). “

Jadi, politik artinya adalah mengurusi urusan umat. Berkecimpung dalam dunia politik berarti memperhatikan kondisi kaum Muslim dengan cara menghilangkan kezaliman penguasa dan melenyapkan kejahatan kaum kafir atas mereka. Politik Islam berarti mengurusi urusan masyarakat melalui kekuasaan, melarang dan memerintah, dengan landasan hukum/syariah Islam (MR Kurnia; Al-Jamaah, Tafarruq dan Ikhtilaf, hlm. 33-38).
Islam: Gerakan Keagamaan dan Politik
Sebagai gerakan keagamaan, Islam sudah disepakati oleh semua kalangan. Artinya, Islam merupakan ajaran ritual, spiritual dan moral. Islam mengandung ajaran ritual seperti shalat, zikir, puasa, dll. Islam juga mengajarkan spiritualitas dan moral seperti sabar, tawaduk, istiqamah, berpegang pada kebenaran, amanah, dll.
Siapapun yang menelaah sirah Nabi saw., baik yang ada dalam as-Sunnah maupun al-Quran akan menyimpulkan, bahwa dakwah yang dilakukan oleh Beliau dan para Sahabat, selain bersifat ritual, spiritual dan moral, juga merupakan dakwah yang bersifat politik. Di antara hal-hal yang menunjukkan hal tersebut adalah: Pertama, sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, Muhammad ber-tahanuts di Gua Hira. Namun, setelah dipilih sebagai utusan Allah, Beliau langsung diperintahkan untuk memberikan peringatan di tengah-tengah masyarakat mulai dari keluarga terdekat dan kawan-kawannya. Nabi saw. pun menyebarkan dakwah di tengah-tengah mereka. Beliau bergerak di masyarakat.

Kedua, Rasulullah saw. melakukan pemantapan akidah. Sejak awal, Nabi saw. Memproklamirkan: Lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûlullâh. Dengan syahadat tersebut berarti tidak ada yang wajib disembah, diibadahi dan dipatuhi selain Allah. Menaati Allah haruslah dengan mengikuti utusan-Nya, Muhammad saw. Jadi, syahadat merupakan pengingkaran terhadap thâghût serta keimanan kepada Allah dan Rasul. Ini merupakan deklarasi politik. Karenanya, dapat dipahami mengapa Abu Jahal dan Abu Lahab, misalnya, tidak mau mengucapkannya. Bukan tidak bisa, melainkan mereka tahu apa isi kandungan dan konsekuensinya: kekuasaan mereka untuk menetapkan hukum hilang; hak mereka menetapkan baik-buruk, benar-salah, dan terpuji-tercela yang selama ini mereka miliki pun tidak ada lagi. Semuanya harus ditetapkan oleh wahyu.

Ketiga, dakwah Nabi saw. menyerukan pengurusan masyarakat (ri‘âyah syu’ûn al-ummah). Ayat-ayat Makiyyah banyak mengajari akidah seperti takdir, hidayah dan dhalâlah (kesesatan), rezeki, tawakal kepada Allah, dll. Ratusan ayat berbicara tentang Hari Kiamat (kebangkitan manusia dari kubur, pengumpulan manusia di padang mahsyar, pahala dan dosa, surga dan neraka, dll); tentang pengaturan terkait akhirat seperti nasihat dan bimbingan, membangkitkan rasa takut terhadap azab Allah, serta memberikan semangat untuk terus beramal demi menggapai ridla-Nya.

Selain itu, ratusan ayat al-Quran dan hadits di Makkah dan Madinah diturunkan kepada Nabi tentang pengaturan masyarakat di dunia. Misal: jual-beli, sewa-menyewa, wasiat, waris, nikah dan talak, taat pada ulil amri, mengoreksi penguasa sebagai seutama-utama jihad, makanan dan minuman, pencurian, hibah dan hadiah kepada penguasa, pembunuhan, pidana, hijrah, jihad, dll. Semua ini menegaskan bahwa apa yang didakwahkan Nabi saw. bukan hanya persoalan ritual, spiritual dan moral. Dakwah Nabi saw. berisi juga tentang hal-hal pengurusan masyarakat. Artinya, dilihat dari isinya dakwah Rasulullah saw. juga bersifat politik.

Keempat, Rasulullah melakukan pergulatan pemikiran. Pemikiran dan pemahaman batil masyarakat Arab kala itu dikritisi. Terjadilah pergulatan pemikiran. Akhirnya, pemikiran dan pemahaman Islam dapat menggantikan pemikiran dan pemahaman lama. Konsekuensinya, hukum-hukum yang diterapkan di masyarakat pun berubah.
Rasulullah saw. dengan al-Quran menyerang kekufuran, syirik, kepercayaan terhadap berhala, ketidakpercayaan akan Hari Kebangkitan, anggapan Nabi Isa as. sebagai anak Tuhan, dll. Hikmah, nasihat, dan debat secara baik terus dilakukan oleh Nabi saw. Al-Quran mengabadikan hal ini:
“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (argumentasi yang kuat) dan nasihat yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia pula yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS an-Nahl [16]:125).
Jelas, ini merupakan aktivitas politik karena merupakan aktivitas ri‘âyah syu’ûn al-ummah, mengurusi urusan rakyat.

Kelima, para pembesar Quraisy banyak menzalimi rakyat, kasar, menghambur fitnah, dan banyak bersumpah tanpa ditepati. Rasulullah saw. dengan tegas menyerang mereka karena kesombongan dan penentangan mereka. Di antara pembesar yang diserang langsung oleh Beliau adalah Abu Lahab dan istrinya (Ummu Jamil). Sementara itu, Walid bin Mughirah diserang dengan menyebutkan ciri, perilaku, dan tindakannya terhadap masyarakat. Misalnya, Nabi saw. menyerang Walid dengan ayat:
“Janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku (kasar), selain dari itu yang tidak diketahui siapa bapaknya karena dia mempunyai banyak harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami (Allah), ia berkata, “Ini adalah dongengan orang-orang terdahulu.” Kelak akan Kami beri tanda di belalainya (hidungnya)" (QS al-Qalam [68]: 10-16).
Selain itu, Nabi saw. menyampaikan wahyu dari Allah yang berisi pembongkaran terhadap tipudaya para penguasa Quraisy itu (QS ath-Thariq [86]: 15-17; al-Anfal [8]: 30). Semua ini merupakan perjuangan politik. Arahnya adalah menghentikan kezaliman pembesar terhadap rakyatnya, seraya menyerukan Islam sebagai keadilan yang menggantikannya.

Keenam, Nabi saw. menentang hubungan-hubungan rusak di masyarakat dan menyerukan Islam sebagai gantinya. Pada saat itu, kecurangan dalam takaran dan timbangan sudah merupakan hal lumrah dalam jual-beli. Rasulullah menentang keras sistem masyarakat seperti ini (QS al-Muthaffifin [83]: 1-6).
Sistem masyarakat yang diterapkan penguasa/pembesar kala itu membiarkan pembunuhan terhadap anak-anak karena takut miskin, khawatir tidak terjamin makan dan kehidupannya. Rasul saw. justru berteriak lantang bahwa tindakan tersebut adalah dosa besar. Beliau menyerukan: tidak perlu takut dan khawatir miskin karena Allahlah yang mengatur rezeki. Perzinaan pun merajalela. Di tengah masyarakat yang mengagungkan pergaulan bebas itu, Nabi saw. mencela perzinaan. Beliau juga menentang keras pembunuhan yang ketika itu merupakan kebiasaan masyarakat yang dilegalkan oleh hukum penguasa. Perilaku para pembesar yang biasa mengambil harta anak yatim ditentang habis-habisan. Kebiasaan rakyat dan penguasa yang sering tidak memenuhi janji pun dilawannya; diluruskan. Lalu diserukan perubahan semua itu dengan syariah Islam (QS al-Isra’ [17]: 31-34).
Jelas, Rasul saw. bergerak di tengah masyarakat, membela kepentingan mereka, menentang aturan dan sistem yang rusak, serta mendakwahkan ajaran Islam sebagai gantinya. Semua ini merupakan aktivitas politik.

Ketujuh, setelah berhijrah dari Makkah ke Madinah, Beliau mendirikan institusi politik berupa negara Madinah. Beliau langsung mengurusi urusan masyarakat. Misal: dalam bidang pendidikan Beliau menetapkan tebusan tawanan Perang Badar dengan mengajari baca-tulis kepada sepuluh orang kaum Muslim pertawanan. Dalam masalah pekerjaan Nabi saw. mengeluarkan kebijakan dengan memberi modal dan menyediakan lapangan pekerjaan berupa pencarian kayu bakar untuk dijual (HR Muslim dan Ahmad). Nabi saw. pernah menetapkan kebijakan tentang lebar jalan selebar tujuh hasta (HR al-Bukhari). Beliau juga mengeluarkan kebijakan tentang pembagian saluran air bagi pertanian (HR al-Bukhari dan Muslim). Begitulah, Nabi saw. sebagai kepala pemerintahan telah memberikan arahan dalam mengurusi masalah rakyat.

Secara langsung, Rasulullah saw. menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penulis (kâtib) setiap perjanjian dan kesepakatan, Harits bin Auf sebagai pemegang stempel kepala negara (berupa cincin) Nabi saw., Muaiqib bin Abi Fatimah sebagai pendata rampasan perang (ghanîmah), Hudzaifah bin Yaman sebagai kepala pusat statistik hasil buah-buahan di Yaman, dll.

Berdasarkan perilaku dakwah Nabi saw. dan para Sahabatnya di atas, jelaslah, dakwah Beliau tidak sekadar mencakup ritual, spiritual dan moral. Dakwah Beliau juga bersifat politik, yakni mengurusi urusan umat dengan syariah. Karenanya, dakwah Islam haruslah diarahkan seperti yang dilakukan Beliau. Politik tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari Islam. Tentu, sekali lagi, politik yang dimaksud bukanlah politik Machiavellis atau sekular.

Penutup
Dari apa yang dilakukan oleh Nabi saw. jelas terlihat bahwa tujuan gerakan politik Beliau bukanlah untuk diri sendiri atau kelompok. Buktinya, Beliau menolak tawaran utusan Quraisy, Abu Jahal dkk. Padahal segala hal ditawarkan: harta, tahta, wanita, dan kekuasaan. Syaratnya, Beliau menghentikan dakwah untuk menerapkan Islam. Namun, ketika di Madinah Beliau dapat meraih kekuasaan untuk menerapkan seluruh hukum Islam maka Beliau pun menegakkan pemerintahan Islam dengan momentum Baiat Aqabah II. Berbeda dengan saat ditawari Quraisy, kali ini kekuasaan tidak Beliau tolak. Ini menggambarkan dengan terang, bahwa gerakan dakwah politik Rasulullah saw. ditujukan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan Jahiliah menuju penerapan Islam yang penuh cahaya dengan diraihnya kekuasaan dan kekuatan untuk itu. Muara dakwah Nabi saw. adalah penerapan Islam secara total di tengah-tengah masyarakat melalui kekuasaan.
Dengan gerakan dakwah politik, umat dapat meraih kembali kejayaannya. Tanpa gerakan dakwah yang bercorak politik, umat akan terus dininabobokan dan dizalimi oleh pihak lain. Hukum-hukum yang sifatnya pribadi memang masih bisa dilaksanakan sekalipun tanpa kekuasaan; sekalipun tidak sempurna. Namun, hukum-hukum selainnya (sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, dll) tidak dapat diterapkan. Tanpa gerakan dakwah politik kekuasaan untuk menerapkan syariah Islam tidak dapat diraih. Konsekuensinya, penerapan Islam secara kâffah pada individu, keluarga, masyarakat dan negara sulit dibayangkan terlaksana.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.
Sumber: http://ameeratuljannah.wordpress.com/2007/07/24/gerakan-politik-rasulullah-saw/

Generasi Analog VS Generasi Digital

Siapa yang tidak kenal Yahoo! Messanger, MSN, Friendster, Facebook, Youtube hingga Blogspot dan Multiply ? Kalau kamu mengaku anak muda yang ngga gaptek alias gagap teknologi, tentunya istilah di atas bukan hal yang asing, bahkan sudah menjadi “menu wajib” kita sehari-hari.
       Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa kamu sebagai anak muda sekarang hidup dalam era digital, sehingga tidaklah salah kalau kita seringkali disebut sebagai generasi digital. Chatting dapat kita lakukan dimana saja berkat teknologi 3G, internet bukan lagi barang mahal, bahkan sekarang dengan selembar uang plastik merah kita dapat memperoleh koneksi internet tanpa batas sebulan penuh. Lalu, benarkah kamu sebagai anak muda yang melek teknologi ini menjadi apatis alias cuek terhadap lingkungan ?
         Bukan satu dua kali pastinya kamu mendengar teguran orangtuamu yang memperingatkan agar mengurangi waktu bermain internet, atau ber-SMS ria dengan teman-temanmu. Pembatasan hingga pencabutan fasilitas internet menjadi ‘ancaman’ yang ‘mau tidak mau’ membuatmu pada akhirnya harus merelakan kesenangan kita berchatting, mengurangi serunya berbalas comment di situs Friendster, bahkan asyiknya mendownload lagu lagu-lagu favorit dari Youtube pun harus dibatasi.
Dan sebagai gantinya mereka memintamu keluar dari karnet (alias kamar internet) yang super nyaman itu dan berkumpul dengan mereka sekedar untuk menonton televisi dan ngobrol atau (yang menurutmu lebih menyebalkan lagi) menyuruhmu mengerjakan PR serta belajar.

Kekhawatiran orangtua
         Majalah Time (19/3/2008) menyebutkan bahwa dengan stimulasi SMS, MP3, telepon, dan chatting, yang bersifat terus-menerus pada anak-anak akan terbentuk ketidakpekaan dan ketidakacuhan saat mereka berusia 25 atau 30 tahun nanti. Ya, tidak terelakkan lagi, inilah kekhawatiran orang tua (kita sebut saja dengan ‘Generasi Analog’ terhadap generasi digital hari-hari ini.
         Terlalu berlebihankah kekhawatiran orang tuamu? Kadang kita sebagai anak muda yang melek teknologi menganggap orangtua kita kuno dan ketinggalan jaman bahkan tidak mengerti dunia kita. Sebenarnya itu adalah kekhawatiran yang wajar manakala kualitas hubungan dengan orangtua kita menuju ke titik kritis. Karena bagaimanapun orangtua kita tetap mengharapkan kita memiliki koneksi yang baik dengan mereka, bukan hanya dengan teman teman kita di dunia maya.
         “Jadi, haruskah aku melepaskan dunia digital dan kembali kepada dunia analog atas nama berbakti kepada orang tua?” Mungkin itu pertanyaan yang terbersit dalam pikiranmu. Tentu saja tidak. Bersembunyi dari teknologi menunjukkan bahwa kamu menyerah pada keadaan. Dan itu sama sekali bukan ciri generasi maju. Tentunya sebagai anak muda yang smart dan beretika, kamu mampu untuk memadukan perbedaan pandangan dan kepentingan yang (pasti) terjadi antara kamu (generasi digital) dan orangtuamu (generasi analog).

Mendamaikan Generasi Digital vs Generasi Analog
Karena kita tidak mungkin menuntut orang lain (orangtua.red) untuk berubah, dan perubahan itu hanya bisa dimulai dari diri kita sendiri; jangan sampai perubahan dunia yang semakin maju tidak diikuti oleh perubahan pikiran (dan sikap) yang menuju pada kemajuan.
So, gimana caranya mendamaikan Generasi Digital vs Generasi Analog (Ingat bahwa dalam hal ini kitalah yang harus berubah terlebih dahulu) :

1. Sadari dan pahamilah bahwa mereka berasal dari dunia yang berbeda
Sama dengan keherananmu dengan kesukaan mereka terhadap lagu keroncong misalnya, demikianlah pula keheranan mereka terhadap begitu sukanya kita “ngobrol dengan komputer”. Inilah hal pertama yang sangat penting kamu lakukan, tanpanya rumahmu akan menjadi arena perang antar dua generasi setiap harinya.
2. Sediakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Jangan lupa bahwa kamu adalah seorang anak yang notabene dalam adat ketimuran masih ada dalam tanggung jawan orangtua kita. Jadi sangatlah wajar kalau mereka mengharapkan menatap wajah kita (bukan hanya mendengar suara kita) dan mengetahui kabar kita. Toh itulah salah satu tanda perhatian mereka kepada kita. Tentunya kita tidak mau kalau kita diabaikan kan ?
3. Kerjakan tanggung jawabmu sebagai pelajar dengan baik
Mencari bahan tugas di internet bukan menjadi alasan untuk berlama-lama di depan komputer tanpa tujuan (apalagi hanya untuk bermain game online). Ingatlah bahwa kalau orangtuamu (yang bisa jadi bahkan tidak mengerti tentang internet) memberimu fasilitas internet (atau mengizinkanmu ke warnet), itu karena mereka percaya bahwa kamu adalah anak yang bisa dipercaya. So, lakukan tanggung jawabmu sebagai pelajar dengan baik dan jangan sia-siakan pekercayaan mereka.
4. Bermainlah bersama orangtuamu (hah…ngga salah nih ?)
Tentu saja tidak sobat muda. Mungkin kamu berpikir bahwa akan membuang banyak waktu untuk mengajarkan orangtuamu YM, Facebook, dll sedangkan untuk sms saja mereka seringkali masih kesulitan. Namun dengan mengikutsertakan mereka dalam aktivitasmu di dunia maya akan meningkatkan kepercayaan mereka terhadapmu serta menunjukkan bahwa kamu mengasihi dan menghormati mereka. Tentunya kamu juga akan lebih suka kalau kamu punya orangtua yang lebih ‘gaul’ kan ya ?

Menyikapi Ujian Nasional

Menyikapi kehadiran ujian nasional, dilakukan jauh-jauh hari, oleh hampir semua murid, orang tua murid, guru, pengelola pendidikan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, kepada tamu kehormatan tersebut. Hal ini dilakukan, sebagai bukti bahwa ujian nasional adalah tamu yang benar-benar agung dan diistimewakan. Kehadirannya, akan membawa sukses atau bencana, tergantung masing-masing individu, yang mensikapinya.

Hanya tinggal menghitung hari saja, ujian nasional (UN) tahun 2009, akan datang sebagai tamu kehormatan. Siapapun yang mendengar, kata Ujian Nasional, seketika wajah kita mengerut, alis mata berubah posisi, dan lubang hidung kita melebar. Bahasa tubuh, yang diringi dengan perasaan cemas ini, tidak bisa berbohong, untuk menunjukkan sikap kita terhadap UN, jangan-jangan kita tidak bisa menyambutnya dengan baik.

Menyikapi kehadiran ujian nasional, dilakukan jauh-jauh hari, oleh hampir semua murid, orang tua murid, guru, pengelola pendidikan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, kepada tamu kehormatan tersebut. Hal ini dilakukan, sebagai bukti bahwa ujian nasional adalah tamu yang benar-benar agung dan diistimewakan. Kehadirannya, akan membawa sukses atau bencana, tergantung masing-masing individu, yang mensikapinya.

Dalam konteks kepentingan, Ujian Nasional adalah kepentingan semua pihak, mulai dari murid itu sendiri, orangtua, sekolah, yayasan, pemerintah, sampai dengan penerbit buku, yang mengulas soal-soal Ujian Nasional. Sebagai murid, persiapan yang dilakukan tentu menuntut agar seluruh mata pelajaran yang di-UN-kan tuntas diberikan oleh Gurunya. Sementara, kepentingan Guru adalah bagaimana murid memiliki daya serap tinggi terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Sedangkan kepentingan sekolah, jelas menghendaki tingkat kelulusan UN mencapai 100%, dengan tingkat nilai kelulusan yang signifikan. Sementara Yayasan mengharapkan agar penerimaan murid baru sesuai target yang direncanakan. Lingkaran kepentingan ini, terus berputar. Murid membutuhkan Guru yang professional, Guru membutuhkan Yayasan yang kondusif dan apresiatif. Kemudian, Yayasan membutuhkan murid sesuai target yang direncanakan. Keseluruhan lingkaran proses ini disebut proses belajar-mengajar. Jadi proses KBM bukan hanya di kelas saja. Menurut saya, dalam atmosfir pendidikan, kegiatan yang ada hubungannya dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dikategorikan sebagai proses kegiatan belajar mengajar. Ingat, bahwa orientasi pembelajaran selalu merujuk kepada prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together, secara sinergis.

Faktor ekternal yang mensupport percepatan proses KBM (kegiatan belajar mengajar) tersebut, yaitu orang tua murid dan Pemerintah (dalam hal ini Diknas setempat). Kepentingan orang tua murid, sebagai pengguna jasa pendidikan, menghendaki anak-anaknya mampu menyelesaikan pendidikan formalnya dengan lancar dan berhasil menguasai personal skill sebagai bekal hidupnya di masa depan. Sementara, kepentingan Diknas setempat, mengawasi dan memonitor kebijakan/program pemerintah, agar dapat berjalan sesuai juklak dan juknis yang dibuat.
Lingkaran kepentingan ini, kemudian menjadi bola salju, yang semakin tahun semakin membesar. Jika lingkaran kepentingan ini begitu besar, maka satu sama lain akan melahirkan kebutuhan yang besar pula. Kebutuhan inipun akhirnya, mau tidak mau, suka tidak suka, memupuk ketergantungan satu sama lain. Secara internal, murid tergantung kepada Guru. Guru tergantung kepada lembaga nya atau Yayasan. Yayasan tergantung kepada murid. Sementara faktor eksternal, yang berpengaruh terhadap proses ketergantungan tersebut adalah orang tua murid dan Diknas. Keberadaan kedua elemen ini, untuk mensupport keberlangsungan proses yang terus berputar secara internal tersebut.

Dari proses ketergantungan yang kuat inilah, kemudian menimbulkan ekses-ekses, baik positip maupun negatif, diantara stakeholders, yang satu sama lain memiliki kepentingan masing-masing. Tulisan ini sengaja tidak memunculkan ekses-ekses yang berbau negatif, selain agar tulisannya terlihat positive thinking, juga agar tidak ada pihak-pihak yang merasa tersinggung, karena praktek-praktek yang sudah berjalan, layaknya seperti agenda rutin tahunan.
Orang tua murid yang menghendaki anak-anaknya sukses dalam UN, mengupayakan tambahan pendalaman mata pelajaran, melalui bimbingan belajar (bimbel), meskipun mungkin sekolah telah melakukan hal serupa bagi peserta didiknya. Sekolah melakukan penekanan habis-habisan untuk memacu produktivitas peserta didiknya (murid), untuk bisa lulus 100 %, melalui tambahan jam ke 0 dan jam ke 10. Diknas mengupayakan terselenggaranya pra-UN, dan sekolah-sekolah melakukan Try out, uji coba kemampuan UN.

Dalam rangka melihat kondisi dan suasana seperti ini, kita semua dituntut untuk bersikap arif dan bijaksana. Apapun persoalannya, apapun masalah yang menimpa kita, sebenarnya sama proporsionalnya (sama takarannya), hanya saja, yang membedakannya adalah sikapnya terhadap masalah tersebut, Apakah masalah itu bisa selesai atau bahkan bertambah parah, tergantung pada orang tersebut dalam menyikapinya.
Sikap seseorang terhadap masalah hidupnya, tergantung kepada kemampuannya dalam memahami siapa dirinya, mengetahui apa yang menjadi potensinya, dan memaknai apa yang menjadi tujuan hidupnya (apa yang penting dalam hidupnya). Kemampuan bersikap ini, secara khusus, tidak diajarkan di dalam kelas. Kemampuan bersikap dalam diri kita, diajarkan oleh banyak pihak, antara lain : orang tua kita, guru kita, lingkungan dan masyarakat di sekitar kita. Keseluruhannya, sangat mempengaruhi perkembangan sikap hidup kita sehari-hari. Kita tidak bisa menyalahkan satu dua orang saja, karena sikap seseorang tidak sesuai dengan harapan orang yang berkepentingan kepada orang tersebut. Banyak pihak yang membentuk kita bersikap, seperti ini.

Akhirnya, apabila semua pihak terakomodir kepentingannya, dan stakehorldes merasa puas terhadap lingkaran proses yang berlangsung dalam kegiatan belajar-mengajar, maka tamu kehormatan yang mana dari pada Ujian Nasional, tidak perlu ada kerisauan sekecil apapun. Anggap saja tamu itu, adalah orang tua, kerabat, saudara kita yang jauh-jauh datang, ingin melepas rindu kepada kita semua.
Bagaimana, kalau begitu !
*Penulis. Purwalodra. Email : antakusuma.purwanto@gmail.com

Unas, Ujian Nasib Siswa

Ujian Nasional, yang biasa disebut UNAS untuk tingkat SLTA telah usai. Selanjutnya, menunggu kinerja mesin mati yang bernama scanner. Mesin mati sebagai penentu masa depan siswa. Kenapa bisa demikian? Karena hanya berdasar kinerja mesin tersebutlah kemampuan siswa menganalisis soal akan diberikan penilaian. Padahal, jejak rekam keseharian siswa tidak dimengerti oleh si scanner.

Ujian Nasional, yang biasa disebut UNAS untuk tingkat SLTA telah usai. Selanjutnya, menunggu kinerja mesin mati yang bernama scanner. Mesin mati sebagai penentu masa depan siswa. Kenapa bisa demikian? Karena hanya berdasar kinerja mesin tersebutlah kemampuan siswa menganalisis soal akan diberikan penilaian. Padahal, jejak rekam keseharian siswa tidak dimengerti oleh si scanner.

Jangan kaget, apabila pertengahan Juni banyak siswa yang histeris. Histeris sedih dan histeris riang. Siswa memiliki prestasi bahkan telah diterima di PTN akhirnya menelan pil pahit Unas karena dinyatakan sebagai siswa yang 'bodoh' oleh scanner. Bisa jadi disebabkan kesalahan teknis si siswa. Memberikan bulatan yang tidak sempurna, Pensil yang tidak terbaca, Lembar jawab yang rusak, Psikologis siswa yang drop, dan kemungkinan hal-hal teknis lainnya.

Sebaliknya, keseharian siswa yang memiliki kadar pemahaman kurang dari 10% bisa tertawa lepas karena memiliki nila jauh diambang batas. Karena keberanian dan kenekatan untuk berbuat curanglah yang mengantarkan mereka.

Emang benar, Ujian Nasional yang telah menelan uang rakyat dengan angka kisaran 500M akan bergeser menjadi Ujian Nasib siswa karena sistem yang kurang bijak.

SUKSESKAN UNAS TAHUN DEPAN